Kamis, 02 Juni 2011

Caritas Berdayakan Petani Nilam Aceh

CARITAS BERDAYAKAN PETANI NILAM ACEH

MEULABOH:  Lembaga internasional, Caritas Czech Republic (CCR) dengan dukungan Bank Dunia membuat program terpadu pemberdayaan petani nilam di Provinsi Aceh, dalam upaya menjadikan komoditas unggulan ekspor asal daerah itu.
Koordinator NGO CCR Aceh Barat Indra di Meulaboh menyatakan  dengan program terpadu yang melibatkan sedikitnya 2.500 petani tersebut ditargetkan mampu menjadi sumber pendapatan utama masyarakat di Provinsi Aceh.
Disebutkan, Indonesia merupakan pemasok 90 persen minyak nilam dunia, sementara dari sejumlah daerah, Provinsi Aceh merupakan daerah nomor satu penghasil nilam terbesar dan menduduki kualitas teratas, hanya saja petani terkendala di sektor pemasaran.
Sebanyak 2.500 petani nilam di Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Selatan dan Kabupaten Gayo Lues, saat ini masuk dalam program tersebut, dan diharapkan mereka mampu melakukan terobosan ekspor secara mandiri, katanya di Meulaboh, Rabu 12 Mei 2011.
Indra menyatakan, setiap petani nilam di Aceh minimal memiliki lahan satu hektare, bahkan di Gayo Lues, petani memiliki 12 ha/jiwa, sehingga program ini diperkirakan mampu menciptakan sumber pendapatan jika didukung oleh pengolahan yang sempurna.
Di Kabupaten Aceh Barat, khususnya di Kecamatan Woyla Barat, saat ini telah memiliki lahan seluas dua hektare sebagai lokasi pembangunan ketel berkapasitas 300 Kg, yang diharapkan mampu menjadi sentral bisnis nilam di Aceh.
“Petani dapat memanfaatkan ketel sebagai lokasi pengelola bibit nilam serta petani dapat panen dua kali dalam satu siklus, kemudian kita bentuk koperasi untuk memutuskan mata rantai pemasaran,” tambah Indra.
Sementara itu, penasihat CCR Sapta M Syakra menyayangkan, penyakit tanaman nilam Aceh yakni, bakteri dan budok, hingga kini belum ditemui penawarnya, sehingga kerab mengancam produktifitas tanaman nilam saat berusia dua bulan.
“Produksi nilam kita di sini pasti dapat meningkat jika ancaman penyakit ini bisa teratasi, namun hingga kini belum ada penawarnya, anehnya penyakit ini hanya menyerang nilam wilayah Aceh,” katanya.
Meskipun usia nilam di bawah koordinasinya baru berusia empat bulan, namun diperkirakan pada Juni 2011 akan panen, hasilnya diperkirakan bisa mencapai 150 Kg/ha jika semua petani komit dengan strategi pengetahuan yang diberikan, katanya.
“Biasanya petani nilam satu siklus sekali panen dengan hasil rata-rata 128 Kg/ha, namun dengan strategi yang kita sampaikan bisa panen mencapai 150 Kg/ha untuk satu kali panen, kalau dua kali panen coba bayangkan,” tambah Sapta.
Secara spesifik minyak nilam Aceh memiliki harga jual cukup tinggi dengan kondisi alam serta data khas Aceh, hal ini menurutnya yang membuat tertarik Multi Donor Fant, mendanai program pemberdayaan masyarakat petani di Indonesia, termasuk Aceh, melalui Word Bank yang kemudian diimplementasikan oleh NGO dan LSM ke setiap daerah. (ant) (www.bisnis-sumatra.com)

1 komentar:

  1. Kehadiran NGO Caritas dan program semacam inilah yang sangat di nantikan oleh masyarakat.. smoga saja setelah berakhirnya masa kerja CARITAS di aceh tidak memadamkan semangat para petani nilam kita.

    BalasHapus