Kamis, 02 Juni 2011

Budi Daya Tanaman Nilam

Budidaya Tanaman Nilam

Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya. Namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kondisi ekologi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan budidaya tanaman nilam yang benar. Dengan tehnik penanaman yang baik, kualitas dan kuantitas tanaman nilam yang diperolehpun akan baik sehingga minyak atsiri yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik juga.

A. Pendahuluan
Tinggi tempat dan curah hujan
Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50 – 400 m dpl . Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar patchouli alkohol lebih rendah, sebaiknya pada dataran tinggi kadar minyak rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi.
Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2000- 2500 mm/th dengan penyebaran merata sepanjang tahun,suhu optimum unuk tanaman ini adalah 24 – 28 %C dengan kelembaban lebih dari 75 %
 Agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75- 100 %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi,sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan.
  
Tanah
 Tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus dan tidak tergenang dan mempunyai kandungan minyak banyak, merupakan tanah yang sangat sesuai untuk tanaman nilam. Jenis tanah yang paling sesuai adalah yang mempunyai tekstur remah, seperti Andosol atau Latosol. Untuk tanah-tanah liat, diperlukan pengolahan yang lebih intensif agar diperoleh kondisi yang optimal. Pada tanah-tanah yang kurang humus, pemberian pupuk kandang sangat dianjurkan untuk memperbaiki kesuburan dan kegemburan tanah.

TEKNIK BUDIDAYA
 Pengadaan bahan tanaman
 Tanaman nilam dapat diperbanyak dengan cara vegetatif melalui setek batang dan setek cabang. Setek yang dipilih untuk benih harus berasal dari varietas unggul atau tanaman yang berproduksi tinggi, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
 Batang atau cabang yang diambil untuk setek adalah yang berdiameter 0,8 – 1,0 cm. Setek yang ditanam berukuran 10 – 20 cm dan paling sedikit harus mempunyai tiga atau empat mata tunas. Benih nilam dapat juga berupa setek pucuk tetapi harus disemai terlebih dahulu di polibag dan diberi sungkup untuk menjaga kelembaban.

 Persiapan rumah atap, media semai dan sungkup 
1.   Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber air.
2. Buat rumah atap setinggi 2 m yang condong kearah Timur. Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 (v/v).
3 Polibag (yang berlubang) dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan emprat.
4.    Untuk mempertahankan kelembaban agar setek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan.
Setek cabang atau setek cabang dapat langsung ditanam di lapang, namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak setek yang tidak tumbuh sehingga harus banyak disulam dan pertumbuhan tidak merata. Disamping itu, tanaman tumbuh lebih lambat dan gulma tumbuh lebih cepat, sehingga biaya penyiangan lebih tinggi. Dengan demikian, benih nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.
Pembenihan hendaknya dilakukan di sekitar lokasi penanaman dan dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman. Persemaian dapat dilakukan pada bedengan atau polibag.

Pembibitan di bedengan
Tanah untuk persemaian dipilih yang gembur dan datar, dekat dengan sumber air, dan besih dari tanaman. Untuk memudahkan perkembangan akar, setelah diolah cukup gembur tanah dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 2 bagian tanah, 1 bagian pasir, 1 bagian pupuk kandang.
Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung kebutuhan dan kondisi lahan. Jarak tanam di pembenihan adalah 10 cm x 10 cm. Diantara bedengan- bedengan tersebut dibuat parit pembuangan air selebar 30 – 40 cm. Parit-parit tersebut sangat berguna untuk pembuangan air yang berlebihan.

Pembibitan di polibag
Setek yang paling baik adalah setek pucuk yang mempunyai 4 – 5 buku. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang sisakan 1 – 2 pasang daun muda/pucuk. Penyemaian dilakukan dengan membenamkan 1 buku kedalam media semai (tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1) pada polibag (14 x 10 cm) yang berlubang. Untuk mempertahankan kelembaban, benih disungkup dengan sungkup plastik, kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur ± 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penanggulangan hama dan penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu.
Pada saat persemaian, benih membutuhkan naungan. Untuk naungan digunakan daun kelapa atau alang-alang yang diletakkan pada para-para. Naungan dibuat menghadap ke timur dengan tinggi 180 cm (bagian timur) dan 150 cm di bagian barat. Setelah berumur 5 – 6 minggu tanaman sudah mempunyai cukup akar, tunasnya sudah tumbuh dan berdaun. Selanjutnya benih ini dapat dipindahkan ke kebun yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Persiapan lahan
Sebelum benih ditanam, lahan sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa agar penanaman betul-betul mengikuti cara-cara yang dianjurkan. Persiapan lahan ini dilakukan mulai dalam bentuk pengolahan tanah. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara intensif agar diperoleh keadaan tanah yag gembur dan bebas dari gulma. Tanah harus dibersihkan dari segala jenis rumput-rumputan, kayu, dan semak belukar. Setelah itu tanah dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata. Kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm (p x l x t). Tanaman nilam rentan terhadap penggenangan oleh karena itu apabila tanah banyak mengandung air, maka harus dibuat parit-parit pembuangan air sehingga air yang berlebihan dapat dikurangi, serta untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Lebar parit 30 – 40 cm dan dalamnya 50 cm.
Pengolahan tanah pada lahan miring harus dilakukan dengan mengikuti garis kontur, atau melintang lereng. Pengolahan dengan cara demikian mempunyai kelebihan karena akan terbentuk tangga untuk menghambat aliran air permukaan dan menghindari terjadinya erosi.

Penanaman
Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab selama masa pertumbuhannya agar dapat berproduksi secara optimal. Oleh karena itu penanaman sangat dianjurkan pada awal musim penghujan. Ada dua cara penanaman, yaitu
1.    penanaman secara tidak langsung, dan
Pada penanaman secara tidak langsung, benih diambil dari tempat persemaian yang telah berakar dan mempunyai 2 – 4 daun. Setiap lubang tanam diisi satu benih. Bila akarnya terlalu panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam penanaman akar yang terlalu panjang akan berlipat-lipat. Lipatan akar dalam tanah seringkali menyebabkan terjadinya serangan penyakit busuk akar.

2.    penanaman secara langsung.
Pada penanaman secara langsung, setiap lubang tanam ditanami 2 – 3 setek utuk menjaga kemungkinan ada setek yang mati. Kebutuhan setek yang banyak tersebut menjadi perlindungan sehingga cara ini tidak disarankan untuk diterapkan di perkebunan.
Penanaman yang dilakukan dalam barisan menggunakan jarak tanam antar barisan 60 – 100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 – 60 cm. Pada lahan dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus), jarak tanam sebaiknya 100 x 100 cm, karena pada umur 5 – 6 bulan kanopi sudah bertemu. Dengan demikian kebutuhan benih diperkirakan sebesar 20.000 setek benih untuk 1 hektar lahan. Jarak tanam yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar dan terbuka sebaiknya jarak tanam yang digunakan lebih lebar karena kanopi/tajuk tanaman nilam cukup luas. Penanaman yang diperjarang ini dimaksudkan untuk mengurangi persaingan kebutuhan sinar matahari. Pada lahan miring, jarak antar barisan dapat dipersempit. Arah barisan sebaiknya mengikuti garis kontur.

Pemeliharaan
Selama di lapangan nilam membutuhkan tindakan pemeliharaan yang intensif agar pertumbuhan tanaman baik, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. Pemeliharaan yang diperlukan meliputi penyiangan, pemberian mulsa, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saaat tanaman mencapaia ketinggian 20 – 30 cm dan telah mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm, areal pertanaman perlu disiangi. Penyiangan ini berfungsi untuk membersihkan gulma pengganggu, sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan sinar matahari. Penyiangan juga berfungsi untuk menghilanngkan gulma sebagai sarang hama. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara rutin, dengan selanng waktu 2 – 3 bulan tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara, yaitu :
1.    Secara mekanis : Penyiangan dilakukan dengan menggunakan alat, seperti cangkul, parang dan sebagainya.
2.    Secara kimia : Cara ini dilakukan dengan menyemprotkan herbisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Penggunaan bahan herbisida ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu pertumbuhan nilam. Agar cara kimiawi ini lebih berhasil, penyemprotan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau dan pada saat matahari sudah cukup tinggi, yakni antara pukul 9.00 – 10.00.
Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih 2 – 4 minggu setelah tanam, karena pada saat itu telah diketahui benih yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Tanaman yang mati tersebut diganti dengan tanaman/benih yang baik.
Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang diambil adalah bagian daunnya, maka pemupukan dilakukan denga tujuan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dicapai secara maksimal. Untuk itu jenis pupuk yang dianjurkan tidak saja pupuk buatan, yaitu Urea, SP-36 dan KCl, tetapi diperlukan juga pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau. Pupuk kandang dan kompos yang digunakan sebaiknya sudah matang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Dosis pupuk anjuran untuk nilam adalah 10 ton pupuk kandang, 250 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Pupuk kandang atau kompos diberikan seminggu sebelum tanam agar pupuk tersebut dapat bercampur dalam tanah dengan baik. Pupuk urea diberikan 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 bulan.
Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam. Pemupukan berikutnya diberikan setiap kali setelah panen dengan dosis 150 kg Urea, 75 kg SP-36 dan 75 kg KCl.


Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah, memperbaiki kesuburan tanah, dan untuk menekan pertumbhan gulma terutama pada awal pertumbuhan. Berapa jenis yang dapat dipergunakan sebagai mulsa antara lain adalah alang-alang, jerami, glirisidia, dan tanaman legum lainnya. Pemberian mulsa sebaiknya diberikan setelah tanam dan setelah panen.
Pembumbunan
Pembumbunan umumnya dilakukan setelah panen pertama. Cabang-cabang tanaman yang ditinggalkan ditimbun dengan tanah dari sekitar tanaman setinggi 10 – 15 cm, sehingga diperoleh rumpun tanaman yang mempunyai banyak anakan.
POLA TANAM
Penanaman nilam dapat dilakukan baik secara monokultur maupun polikultur, baik secara tumpangsari, tumpanggilir,maupun budidaya lorong dengan tanaman perkebunan, buah-buahan, sayuran atau tanaman lainnya.
Dalam pola tanam perlu diperhatikan intensitas cahaya matahari yang tinggi dan terus menerus. Pemberian naungan ringan (± 25 %) dapat meningkatkan hasil, sebaliknya tingkat naungan yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang kurang vigor dan kandungan minyak yang rendah.


Monokultur
Penanaman pola monokultur memerlukan sistem budidaya intensif, mulai dari kesesuaian lahan , penggunaan varietas, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta cara dan waktu panen. Pola demikian seringkali diterapkan oleh perusahaan swasta dengan luasan yang cukup besar.
Polikultur
Pola polikultur umumnya diterapkan pada pertanaman rakyat dengan luasan yang sangat sempit, seperti pola tumpangsari dengan tanaman perkebunan atau tanaman semusim, pola tumpanggilir, atau budidaya lorong. Pola polikultur ini diterapkan untuk menghindari kegagalan panen. Keuntungan lain dari pola ini adalah pemanfaatan lahan lebih efisien, aneka ragam tanaman, kesuburan tanah dapat dipertahankan, dan serangan hama lebih mudah dikendalikan. Penanaman pola ini umumnya dikombinasikan/dicampur dengan tanaman palawija dan holtikultura.


PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TANAMAN NILAM
A. Penyakit layu bakteri
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam.
Gejala serangan yang ditimbulkan berupa kelayunan pada tanaman muda maupun tua, dan dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman. Untuk menanggulangi penyakit tersebut telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi namun belum memberikan yang memuaskan.
Penyakit layu bakteri dapat menulari tanaman nilam dari tanaman inang yang sudah ada pada lahan sebelum ditanami nilam, atau dari benih yang telah mengandung penyakit. Untuk mencegah tertularnya tanaman, sebaiknya sebelum tanam terlebih dahulu diperhatikan tanaman apa saja yang telah ada dilahan yang akan ditanami dan yang lebih penting yaitu hindari pengambilan setek dari tanaman yang telah tertular penyakit.
Cara yang paling efektif untuk menekan kerugian karena berkurangnya produksi yang disebabkan oleh serangan penyakit layu bakteri adalah menanam varietas yang tahan. Untuk mencegah penularan penyakit, benih yang akan ditanam harus bebas dari penyakit. Gejala penyakit layu bakteri yaitu tanaman layu, jadi setek jangan diambil dari tanaman yang telah layu.
B. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
Nematoda menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun. Beberapa jenis nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain Pratylenchus brachyurus, Meloidogyne incognita, Radhopolus similis.
Salah satu mekanisme ketahanan nilam terhadap nematoda adalah adanya kandungan fenol dan lignin. Senyawa fenol dan lignin merupakan proteksi alami dari tanaman terhadap factor biotic.
Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati (Pasteuria penetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjerat nematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak), nematisida dan budidaya (pupuk organik dll) . Kombinasi nematisida (Furadan) bahan organik dan dolomit dapat menekan populasi nematoda sehingga meningkatkan produksi (terna).
Salah satu cara untuk mencegah penularan nematoda yaitu dengan menanam benih yang bebas dari nematoda. Gejala serangan nematoda terutama nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada dilokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang bagi nematoda antara lain : pisang, jahe, tomat, kacang tanah dll.
C. Penyakit budog
Penyakit budog diperkirakan disebabkan oleh virus. . Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara.
Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada varietas nilam yang tahan terhadap penyakit ini. Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena itu tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan insektisida untuk mematikan serangga/ vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat. Tanaman yang sudah terserang penyakit tidak boleh diambil seteknya untuk perbanyakan.
Pengendalian hama pada tanaman nilam
Hama-hama penting yang banyak menyerang tanaman ini adalah ulat penggulung daun, belalalng dan tungau merah, sedang penyakit pentingnya adalah penyakit layu bakteri, budok, dan penyakit akibat gangguan nematoda parasit. Serangan hama dan penyakit selain mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, ternyata juga mampu mengakibatkan kematian tanaman. Oleh karena itu, pengendalian serangan hama dan penyakit dalam budidaya tanaman nilam merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilaksanakan dengan baik.
Cara pengendalian hama/ulat-ulat tersebut terutama dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma, pengikisan tanaman serta memangkas tanaman yang terserang dikumpulkan lalu dibakar. Untuk penyakit sama halnya dicabut , dikumpulkan lalu dibakar. Pengendalian dengan insektisida dan pestisida dapat juga dilakukan antara lain menggunakan ekstark mimba dan bio insektisida seperti beveria bessiana, metarrhizinia anisophia dengan dosis sesuai anjuran kemasan.
Penggunaan fungisida Dishare M-45 atau coboy dosis 0,3% dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bercak daun dan pangkal batang daun, bususk akar. Pengendalian nematoda dengan menggunakan nematisida Furadan 3G (39Hm) bahan organic dan dolonit.
PANEN
Panen pada umumnya dilakukan dengan memangkas/ memotong daun dengan sedikit cabang sekunder diambi pada umur 6 bulan setelah tanam. Kemudian berturut-turut setiap 3 – 4 bulan.
Cara panen
Memotong tiga pasang daun teratas beserta batangnya. Setiap kali panen ditinggalkan satu cabang tanaman untuk merangsang pertumbuhan berikutnya.
Waktu panen
Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan sebelum daun berubah warnanya menjadi coklat, dilakukan pada waktu pagi atau sore hari agar kandungan minyak dalam daun tetap tinggi. panen selanjutnya 3 – 4 bulan setelah panen pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar